 |
| Semasa menziarahi Sh. Dr Sollah al-Khalidi di Amman |
(Didedikasi buat teman-teman penuntut ilmu di Irbid khasnya, dan amnya buat semua kaum penuntut ilmu)
Temanku,
Masharakat penuntut ilmu merdeka yang kita impikan
terasa masih jauh dari kenyataan
dadaku ditimpa kepedihan
apabila kita dijurang-jurangkan
jurang itu semakin berjauhan
rasional yang diharapkan
emosional yang menggantikan
Jangan kita ulang cherita bangsa malang
bangsa mengaku berilmu, tapi gaduhnya bukan kepalang
saling mahu dinobat pemilik kebenaran
walhal umat terus dalam kejahilan, kebuntuan
bukankah kita dari rahim yang punya banyak persamaan?
Mari, bina masharakat penuntut ilmu merdeka
jauh dari provokasi dan emosi menebal
persis ilmuan terdahulu, perbedaan sebagai peluang
Kemuncak kemerdekaan,
terpancarnya akhlak mulia
budaya ilmu di sini sana.
Marwan Bukhari,
Irbid, 1151 - 251212
terasa masih jauh dari kenyataan
dadaku ditimpa kepedihan
apabila kita dijurang-jurangkan
jurang itu semakin berjauhan
rasional yang diharapkan
emosional yang menggantikan
Jangan kita ulang cherita bangsa malang
bangsa mengaku berilmu, tapi gaduhnya bukan kepalang
saling mahu dinobat pemilik kebenaran
walhal umat terus dalam kejahilan, kebuntuan
bukankah kita dari rahim yang punya banyak persamaan?
Mari, bina masharakat penuntut ilmu merdeka
jauh dari provokasi dan emosi menebal
persis ilmuan terdahulu, perbedaan sebagai peluang
Kemuncak kemerdekaan,
terpancarnya akhlak mulia
budaya ilmu di sini sana.
Marwan Bukhari,
Irbid, 1151 - 251212
*Puisi ini terinspirasi daripada sebuah puisi oleh Sasterawan Negara, Usman Awang bertajuk Sahabatku (seputar isu Melayu dan Bukan Melayu di Bumi Malaysia